Selasa, 08 Juni 2010

konsep Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina

PENDAHULUAN
Sejarah telah membuktikan betapa besar peran peradaban Islam dalam dunia pendidikan, yang mana pada masa kejayaannya, peradaban Islam telah melahirkan para tokoh serta ilmuwan yang mampu menuangkan pemikiran-pemikirannya terkhusus dalam dunia pendidikan. Dari pemikiran-pemikiran para tokoh inilah perkembangan zaman dapat disertai dengan ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini akan diuraikan pemikiran Ibnu Sina tentang konsep pendidikan dalam perspektif Islam.
Jika dibandinhkan dengan dunia pendidikan saat ini, maka konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Ibnu Sina tidak jauh berbeda. Atau bahkan bisa dikatakan, baha konsep pendidikan yang berlaku saat ini tidak lepas dari konsep pendidikan yang ditawarkan oleh para tokoh dan ilmuwan pada masa kejayaan Islam pasa masa kejayaan peradaban Islam dahulu.
Yang akan kami uraikan dibawah ini adalah konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Ibnu sina.

1.Riwayat Hidup Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu ’Ali al-Husyn ibn Abdullah. Penyebutan nama ini telah menimbulkan pebedaan pendapat di kalangan para ahli sejarah. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa nama tersesut diambil dari bahasa latin, Avin Sina, dan sebagian yang lain mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari kata Al-Shin yang dalam bahasa Arab berarti Cina. Selain itu ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama tersebut dihubungkan dengan nama tempat kelahirannya, yaitu Afshana.1
Dalam sejarah pemikiran islam, Ibnu Sina di kenal sebagai intelektual muslim yang banyak mendapat gelar. Ia lahir pada tahun 370 H. bertepatan dengan tahun 980 M, di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat bukhara, di kawasan Asia Tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Belkh, suatu kota yang termasyhur dikalangan orang-orang Yunani, kota tersebut sebagai pusat kegiatan polotik, juga sebagai pusat kegiatan intelektual dan keagamaan.
Adapun Ibu Ibnu Sina bernama Astarah, berasal dari Afshana yang termasuk wilayah Afganistan. Namun demikian, ia ada yang menyebutkan sebagai berkebangsaan Persia, karena pada abad ke-10 M, wilayah Afganistanini termasuk daerah Persia.
Tampilnya Ibnu Sina selain sebagai ilmuwan yang terkenal didukung oleh tempat kelahirannya sebagai ibu kota kebudayaan, dan orang tuanya yang dikenal sebagai pejabat tinggi, juga karena kecerdasannya yang luar biasa. Sejarah mencatat, bahwa Ibnu Sina melalui pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya Bukhara. Pengetahuan yang pertama kali ia pelajari ialah membaca al-qur’an. Setelah itu ia melanjutkan dengan mempelajari ilmu-ilmu agama islam seperti tafsir, fiqh, ushuluddin dan lain-lain. Berkat ketekunan dan kecerdasannya, ia berhasil menghafal al-qur’an dan menguasai berbagai cabang ilmu keislaman pada usia yang belum genap sepuluh tahun.

Ibnu Sina banyak kaitannya dengan pendidikan, barangkali menyangkut pemikirannya tentang falsafat ilmu.
Menurut Ibnu Sina terbagi menjadi 2, yaitu:
1.ilmu yang tak kekal
2.ilmu yang kekal
ilmu yang kekal dari peranannya sebagai alat dapat disebut logika. Tapi berdasarkan tujuannya, maka ilmu dapat dibagi menjadi ilmu yang praktis dan ilmu yang teoritis.
Sejarah mencatat sejumlah guru yang pernah mendidik Ibnu Sina diantaranya:
Mahmud al-Massah (ahli matematika)
Abi Muhammad Ismail ibn al Husyaini (ahli fiqh)
Abi Abdillah an-Natili (ahli manthiq dan falsafah)
Selanjutnya dengan cara otodidak, ibnu sina mempelajari ilmu kedokteran secara mendalam, hingga ia menjadi seorang dokter yang termasyhur pada zamannya. Hal ini didukung oleh kesungguhannya melakukan penelitian dan praktek pengobatan. Berkenaan dengan ini sebagian para penerjemah menduga bahwa ibnu sian mempelajari ilmu kedokteran dari ‘Ali abi Sahl al-Masity dan Abi mansur al-Hasan ibn Nuh al-Qamary. Dengan cara demikian, ilmu kedokteran mengalami perkembangan yang didukung oleh keluasan teori dan praktek.
Upaya memperdalam dan menguasai berbagai cabang ilmu pengetahhuan dilanjutkan ibnu sina pada saat ia memperoleh kesempatan menggunakan perpustakaan milik Nuh bin Mansyur yang pada saat itu menjadi sultan di Bukhara. Kesempatan tersebut terjadi karena jasa ibnu sina yang berhasil mengobati penyakit Sultan tersebut hingga sembuh.
Dengan menenggelamkan diri dalam membaca buku-buku yang terdapat dalam perpustakaan tersebut, Ibnu Sina berhasil mencapai puncak kemahiran dalam ilmu pengetahuan. Tidak ada satupun cabang i9lmu pengetahuan yang tieda dipelajari. Hampir setahun lamanya ia membaca dan menelaah buku-buku yang terdapat perpustakaan tersebut, sampai datang musibah yang memutuskan semua harapannya, yaitu terjadinya kebakaran pada perpustakaan tersebut hingga memusnahkan buku-buku yang ada di dalamnya.
Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana  Samawi yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakaan itu mengatakan demikian.
“ semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiripun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya. Ketika usia ku menginjak usia 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu. “ ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.
Dalam bidang karir dan pekerjaan yang pertama kali ia lakukan adalah seperti orang tuanya, yaitu membantu tugas-tugas pangeran Nuh bin Mansur. Ia misalnya diminta menyusun kumpulan pemikiran filsafat oleh Abu al-Husain al- ‘Arudi. Untuk ini ia menyusun buku al-majmu’. Setelah ia menulis buku al-Hasbil wa al-Manshul dan al-Birr wa al-Ism atas permintaan Abu Bakar al-barqy al-Hawarizmy.
Selanjutnya ketika Ibnu Sina berusia 22 tahum ayahnya meninggal dunia, dan kemudian terjadi kemelut politik di tubuh pemerintahan Nuh bin Mansur dan Abd Malik saling berebut kekuasaan, yang dimenangkan Abdul Malik. Selanjutnya dalam keadaan pemerintahan yang belum stabil itu datang pula serbuan dari kesultanan Mahmud Al-Ghaznawi, sehingga seluruh wilayah kerajaan tsamani yang berpusat di Bukhara jatuh ketangan penyerbu itu.
Dalam keadaan situasi politik yang kurang menguntungkan itu, Ibnu Sina memutuskan diri untuk pergi meninggalkan daerah asalnya. Ia pergi ke karkang yang termasuk ibu kota Al-Khawarizm. Di kota ini, ibnu sina berkenalan dengan sejumlah pakar seperti Abu Al-Khair Al-Khamar, Abu Sahl ‘Isa bin yahya Al-Masity Al-Jurjani, Bu Ar-Rayhan Al-Biruni dan Abu Nashr Al- ‘Iraqi. Setelah itu ibnu sina melanjutkan perjalanan ke Nasa, Abiwarud, Syaqan, Jajarin dan terus ke Jurjan. Ibnu sina berkesempatan untuk menyelesaikan beberapa karya tulisnya seperti kitab As-Syifa, An-Najab dan Al-Qanun fi Al-thibb.
Setelah itu ibnu sina terserang penyakit Colic dan karena keinginannya untuk sembuh demikian kuat, sehingga ia pernah minta obat sampai delapan kali dalam sehari. Sekalipun jiwanya terancam karena penyakitnya, ia masih tetap aktif menghadiri sidang-sidang majelis ilmu di Isfhana. Ibnu sina juga dikenal sebagai seorang ulama yang amat produktif. Buku-buku karangannya hampir meliputi seluruh cabang ilmu pengatahuan, diantaranya: ilmu kedokteran, filsafat, ilmu jiwa, fisika, logika, politik dan satra arab.
Karya Ibnu Sina dalam bidang kedokteran antara lain Al-Qanun fi Al-Thibb. Dalam bidang filsafat As-Syifa dan An-Najab. Dalam bidang fisika Fi Asam al-‘alum al-‘aqliyah. Bidang logika Al-Isaquji. Bidang bahasa Arab Lisan Al-‘Arab.
Adapun dalam bidang agama dibagi menjadi 4 cabang, yakni:
1.Ilmu Akhlak
2.Ilmu cara mengatur rumah tangga
3.Ilmu tata negara
4.Ilmu tentang kenabian
Dalam ilmu politik ini juga termasuk ilmu pendidikan, karena ilmu pendidikan merupakan ilmu yang berada pada garis terdepan dalam menyiapkan kader-kader yang siap untuki melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
2.Konsep Pendidikan Ibnu Sina
Pemikiran Ibnu sina dalam bidang pendidikan antara lain berkenaan dengan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pengajaran, guru dan pelaksanaan hukuman dalam pendidikan. Kelima aspek yang dikemukakan Ibnu Sina ini dapat dikemukakan sebagai berikut.2
1. Tujuan Pendidikan
Menurut Ibnu Sina, bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup dimasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecendrungan dan potensi yang dilmilikinya.3
Khusus pendidikan yang bersifat jasmani, ibnu sina mengatakan hendaknya tujuan pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti olah raga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan.4 Ibnu Sina berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan (sa’adat).5
Melalui pendidikan jasmani olahraga, seorang anak diarahkan agar terbina pertumbuhan fisiknya dan cerdas otaknya. Sedangkan dengan pendidikan budi pekerti di harapkan seorang anak memiliki kebiasaan bersopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dan dengan pendidikan kesenian seorang anak diharapkan dapat mempertajam perasaannya dan meningkat daya hayalnya.
Ibnu Sina juga mengemukakan tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan yang ditujukan pada pendidikan bidang perkayuan, penyablonan dsb. Sehingga akan muncul tenaga-tenaga pekerja yang professional yang mampu mengerjakan pekerjaan secara professional.
Selain itu tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina tersebut tampak didasarkan pada pandangannya tentang Insan Kamil  (manusia yang sempurna), yaitu manusia yang terbina seluruh potensi diinya secara seimbang dan menyeluruh. Selain harus mengenbangkan potensi dan bakat dirinya secara optimal dan menyeluruh, juga harus mampu menolong manusia agar eksis dalam melaksanakan fungsinya sebagai khalifah  di masyarakat.
2. Kurikulum
Secara sederhana istilah kurikulum digunakan untuk menunjukkan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai satu gelar atau ijazah. Pengertian ini sejalan dengan pendapat Crow dan Crow yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isisnya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematik yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.6
Kurikulim disini berfungsi sebagai alat mempertemukan kedua pihak sehingga anak didik dapat mewujudkan bakatnya secara optimal dean belajar menyumbangkan jasanya untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam masyarakatnya.
Konsep Ibnu Sina tentang kurikulum  didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik. Untuk usia anak 3 sampai 5 tahun misalnya, menurut Ibnu Sina perlu diberikan mata pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian.
Pelajaran olahraga tersebut diarahkan untuk membina kesempurnaan pertumbuhan fisik si anak dan berfungsinya organ tubuh secara optimal. Sedangkan pelajaran budi pekerti diarahkan untuk membekali si anak agar memiliki kebiasaan sopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dengan pendidikan kebersihan diarahkan agar si anak memiliki kebiasaan mencintai kebersihan. Dan dengan pendidikan seni suara dan kesenian diarahkan agar si anak memiliki ketajaman perasaan dalam mencintai serta meningkatkan daya khayalnya sebagaimana telah disinggung di atas.
Mengenai mata pelajaran olahraga, Ibnu Sina memiliki pandangan yang banyak dipengaruhi oleh pandangan psikologisnya. Dalam hubungan ini Ibnu Sina menjelaskan ketentuan dalam berolahraga yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia anak didik serta bakat yang dimilikinya. Dengan cara demikian dapat diketahui dengan pasti mana saja diantara anak didik yang perlu diberikan pendidikan olahraga sekedarnya saja, dan mana saja diantara anak didik yang perlu dilatih olah raga lebih banyak lagi. Ibnu Sina lebih lanjut memperinci tentang mana saja olahraga yang memerlukan dukungan fisik yang kuat serta keahlian dan mana saja olahraga yang tergolong ringa, cepat, lambat, memerlukan peralatan dan sabagainya. Menurutnya semua jenis  olahraga ini disesuaikan dengan kebutuhan bagi kehidupan anak didik.
Dari sekian banyak olahraga, menurut Ibnu Sina yang perlu dimasukan kedalam kurikulum adalah olahraga kekuatan, gulat meloncat, jalan cepat, memanah, berjalan dengan satu kaki dan mengendarai unta.
Mengenai pelajaran kebesihan, Ibnu Sina mengatakan bahwa pelajaran hidup berusia dimulai dai sejak anak bangun tidur, ketika hendak makan, sampai ketika hendak bangun kembali. Dengan cara demikian, dapat diketahui mana saja anak yang telah dapat menerapkan hidup sehat, dan mana saja anak yang berpenampilan kotor dan kurang sehat.
Selanjutnya kurikulum untuk usia 6 sampai 14 tahun menurut Ibnu Sina adalah mencakup pelajaran membaca dan menghafal al-qur’an, pelajaran agama, pelajaran sya’ir dan pelajaran olah raga.
Pelajaran membaca dan menghafal menurut Ibnu Sina berguna di samping untuk mendukung pelaksanaan ibadah yang memerlukan bacaan ayat-ayat al-qur’an, juga untuk mendukung keberhasilan dalam mempelajari agama islam seperti pelajaran Tfasi Al-Qur’an, Fiqh, Tauhid, Akhlak dan pelajaran agama lainnya yang sumber utamanya Al-qur’an. Selain itu pelajara membaca dan menghafal Al-Qur’an juga mendukung keberhasilan dalam mempelajari bahasa arab, karena dengan menguasai Al-Qur’an berarti ia telah menguasai kosa kata bahasa arab atau bahasa Al-qur’an.dengan demikian penetapan pelajaran membaca Al-qur’an tampak bersifat startegis dan mendasar, baik dilihat daru segi pembinaan sebagai pribadi muslim, maupun dari segi pembentukan ilmuwan muslim, sebagaimana yang diperlihatkan Ibnu Sina sendiri7. Sudah menjadi alat kebiasaan umat islam mendahulukan pelajaran Al-Qur’an dari yang lain-lain.8
Hikmahnya :
1.untuk mengambil berkat dan mengharapkan pahala
2.khawatir kalau anak-anak tidak terus belajar lalu keluar sebelum sampai membaca/ menghafal al-qur’an. Akhirnya anak-anak tidak mengenal al-qur’an sama sekali.
Selanjutnya kurikiulum untuk usia 14 tahun ke atas menurut Ibnu Sina mata pelajaran yang diberikan amat banyak jumlahnya, namun pelajaran tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak. Ini menunjukkan perlu adanya pertimbangan dengan kesiapan anak didik. Dengan cara demikian, si anak akan memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran tersebut dengan baik. Ibnu sian menganjurkan kepada para pendidikagar memilihkan jenis pelajaran yang berkaitan dengan keahlian tertentu yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh muridnya.9
Kedua, bahwa startegi penyusunan kurikulum yang ditawarkan Ibnu Sina juga didasarkan pada pemikiran yang bersifat pragmatis fungsional, yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan keterampilan yang dipelajari dengan tuntutan masyarakat, atau berorientasi pasar (marketing oriented). Dengan cara demikian, setiap lulusan pendidikan akan siap difungsikan dalam berbagai lapangan pekerjaan yang ada dimasyarakat.10
Ketiga, strategi pembentukan kurikulum Ibnu Sina tampak sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang terdapat dalam dirinya. Pengalaman pribadinya dalam mempelajari berbagai macam, ilmu dan keterampialan ia coba tuangkan dalam konsep kurikulumnya. Dengan kata lain, ia menghendaki agar setiap orang yang mempelajari berbagai ilmu dan keahliaan menempuh sebagaimana cara yang ia lakukan.11
Dengan meliha cirri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa konsep kurikulum Ibnu Sina telah memenuhi persyaratan penyusunan kurikulum yang dikehendaki masyarakat modern saat ini. Konsep kurikulum untuk anak 3 sampai5 tahun misalnya, tampak masih cocok untuk diterapkan dimasa sekarang, sepeti pada kurikulum Taman Kanak-Kanak.12

3.Metode Pengajaran
Konsep metode yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain terlihat pada setiap materi pelajaran. Dalam setiap pembahasan materi pelajaran Ibnu Sina selalu membicarakan tentang cara mengajarkan kepada anak didik. Berdasarkan pertimbangan psikologinya, Ibnu Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan psikologisnya.13
Penyampaian materi pelajaran pada anak menurutnya harus disesuaikan dengan sifat dari materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan tidak akan kehilangan daya relevansinya. Metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi magang, dan penugasan.
Yang dimaksud dengan metode talqin dalam cara kerjanya digunakan untuk mengajarkan membaca al-qur’an, dimulai dengan cara memperdengerkan bacaan al-qur’an kepada anak didik sebagian demi sebagian. Setelah itu anak tersebut disuruh mendengarkan dan disuruh mengulangi bacaan tersebut perlahan-lahan dan dilakukan berulang-ulang hingga hafal. Cara seperti ini dalam ilmu pendidikan modern dikenal dengan nama tutor sebaya, sebagaimana dikenal dalam pengajaran dengan modul.
Selanjutnya mengenai metode demontrasi menurut Ibnu Sina dapat digunakan dalam cara mengajar menulis. Menurutnya jika seorang guru akan mempergunakan metode tersebut, maka terlebih dahulu ia mencontohkan tulisan huruf hijaiyah di hadapan murid-muriodnya. Setelah itu barulah menyuruh para murid untuk mendengarkan ucapan huruf-huruf hijaiyyah sesuai dengan makhrajnya dan dilanjutkan dengan mendemonstrasikan cara menulisnya.
Berkenaan dengan metode pembiasaan dan teladan, Ibnu Sina mengatakan bahwa pembiasaan adalah termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dmengajarkan akhlak. Cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaan dan teladan yang disesuaikan denganm perkembangan jiwa si anak, sebagaimana hal ini telah disinggung pada uraian diatas.
Selanjutnya metode diskusi dapat dilakukan dengan cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Berkenaan dengan metode magang, Ibnu Sina telah menggunakan metode ini dalam kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Para murid Ibnu Sina yang mempelajari ilmu kedokteran dianjurkan agar menggabungkan teori dan praktek. Yaitu satu hari diruang kelas untuk mempelajari teori dan hari berikutnya mempraktekan teori tersebut dirumah sakit atau balai kesehatan.
Selanjutnya berkenaan dengan metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam bahasa arab pengajaran dengan penugasan ini dikenal dnegan istilah at-ta’iim bi al-marasil ( pengajaran dengan mengirimkan sejumlah naskah atau modul ).
Dalam keseluruhan urasian mengenai metode pengajaran tersebut diatas terdaoat empat cirri penting, yakni:14
1.uraian tentang berbagai metode tersebut memperlihatkan adanya keinginan yang besar dari ibnu sina terhadap keberhasilan pengajaran.
2.setiap metode yang ditawarkannya selalu dilihat dalam presfektif kesesuaiannya dengan bidang studi yang diajarkannya serta tingkat usia peserta didik.
3.metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina juga selalu memperhatikan minat dan bakat si anak didik.
4.metode yang ditawarkan ibnu Sina telah mencakup pengajaran yang menyeluruh mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan tingka perguruan tinggi.
Ciri-ciri metode tersebut hingga sekarang masih banyak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran Ibnu Sina dalam bidang metode pengajaran masih relevan dengan tuntutan zaman.
4. Konsep Guru.
Konsep guru yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain berkisar tentang guru yang baik. Dalam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan bahwa guru yang baik adalah berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, dan suci murni.15
Lebih lanjut Ibnu Sina menambahkan bahwa seorang guru itu sebaiknya darikaum pria yang terhormat dan menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membingbing anak-anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak-anak dll.
Berkenaan dengan tugas pendidikan, maka tugas seorang guru tidaklah mudah. Sebab pada hakekatnya tugas pendidikan yang utama adalah membentuk perkembangan anak dan membiasakan kebiasaan yang baik dan sifat-sifat yang baik menjadi factor utama guna mencapai kebahagiaan anak, oleh karena itu orang yang ditiru hendaklah menjadi pemimpin yang baik, contoh yang bagus dan berakhlak hingga tidak meninggalkan kesan  buruk dalam jiwa anak yang menirunya.
Jika diamati secara seksama, tampak bahwa potret guru yang dikehendaki Ibnu Sina adalah guru yang lebih lengkap dari potret guru yang dikemukakan para ahli sebelumnya. Dalam pendapatnya itu Ibnu Sina selain menekankan unsure kompetensi atau kecakapan dalam mengajar, juga berkepribadian yang baik. Dengan kompetensi itu, seorang guru akan dapat mencerdaskan anak didiknya dengan berbagai pengetahuan yang diajarkannya, dan dengan akhlak ia dapat membina mental dan akhlak anak.16
5. Konsep Hukuman dalam Pengajaran
Ibnu Sina pada dasarnya tidak berkenan menggunakan hukuman dalam kegiatan pengajaran. Hal ini didasarkan pada sikapnya yang sangat menghargai martabat manusia. Namun dalam keadaan terpaksa hukumanm dapat dilakukan dengan cara yang amat hati-hati. Ibnu Sina menyadari sepenuhnya, bahwa manusia memiliki naluri yang selalu ingin disayang, tidak suka diperlakukan kasar dan lebih suka diperlakukan halus. Atas dasar pandangan kemanusiaan inilah maka Ibnu Sina sangat membatasi pelaksanaan hukuman.
Penggunaan-penggunaan bantuan tangan adalah pembantu paling diandalkan dan merupakan seni bagi seorang pendidik. Dengan ada control secara terus-menerus, maka mendidik anak dapat diawasi dan diarahkan sesuai dengan tujuan pendidikan.17
Ibnu Sina membolehkan pelaksanaan hukuman dengan cara yang ekstra hati-hati, dan hal itu hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa atau tidak normal. Sedangkan dalam keadaan normal, hukuman tidak boleh dilakukan. Sikap humanistic ini sangat sejalan dengan alam demokrasi yang menuntut keadilan, kemanusiaan, kesederajatan, dan sebagainya
6. Simpulan
Berdasarkan dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 18
1. Konsep pendidikan berbasis mutu: telaah atas pemikiran Ibnu Sina adalah pendidikan yang berupaya untuk membentuk insan kamil (manusia sempurna) yaitu mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Adapun konsep pendidikan Islam menurut Ibnu Sina adalah:
a. Tujuan pendidikan ini lebih diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik menuju ke arah perkembangan yang sempurna yakni perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti serta pendidikan keterampilan dengan upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat hidup di masyarakat secara bersama dengan melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya, sedangkan tujuan pendidikan Islam, hal ini Ibnu Sina lebih menekankan pada pembentukan peserta didik yang berkepribadian akhlak mulia, karena dengan akhlak mulia ini seseorang akan mencapai kebahagiaan (sa’adah).
b. Dalam pembuatan kurikulum Ibnu Sina mendasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik. Sehingga konsep kurikulum yang ditawarkan oleh Ibnu Sina terdiri dari tiga ciri. Pertama, konsep kurikulum memuat tentang penyusunan sejumlah mata pelajaran yang diajarkan, penjelasan tujuan dari mata pelajaran tersebut serta waktu pelaksanaan pengajaran mata pelajaran terebut disamping itu Ibnu Sina juga memperhatikan minat dan bakat para siswa dalam menentukan keahlian yang dipilihnya. Kedua; penyusunan kurikulum didasarkan pada pemikiran yang bersifat pragmatis fungsional yakni dengan melihat kegunaan dari ilmu dan keterampilan yang dipelajari dengan tuntutan masyarakat. Ketiga, strategi pembentukan kurikulum Ibnu Sina didasarkan pada pengalaman yang terdapat dalam dirinya.
c. Dalam penggunaan metode pengajaran Ibnu Sina menyesuaikan dengas sifat materi tersebut, sehingga antara materi dan metode akan terintegrasi. Adapun metode yang ditawarkan oleh Ibnu Sina terdiri dari; metode talqin, metode demonstrasi, metode pembiasaan dan teladan, metode diskusi, metode magang serta metode penugasan.
d. Menurut Ibnu Sina seorang guru harus memiliki wawasan keagamaan dan etika. Berkepribadian yang kokoh, memiliki kecerdasan dan retorika yang baik, dapat menggunakan metode, media dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta berkompetensi profesional dalam pembentukan kepribadian anak.
2. Konsep pendidikan Ibnu Sina ini masih sangat relevan sekali untuk diaplikasikan di zaman sekarang, karena pendidikan yang diaplikasikan oleh Ibnu Sina ini sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang ini, bahkan di sekolah-sekolah Unggulan saat ini masih menggunakan konsep pendidikan seperti yang diaplikasikan oleh Ibnu Sina, mulai dari tujuan pendidikannya sampai kriteria seorang guru yang diharapkan dalam pendidikan Islam. Hal ini nampak bahwa konsep pendidikan Islam yang diaplikasikan oleh Ibnu Sina benar-benar mengupayakan peningkatan mutu pendidikan Islam.
DARTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, cet. II 2001)
Dikir.wordpress.com, konsep-pendidikan-ibnu-sina. /2009/07/30/

Digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/152/hubptain-gdl-wahyunido1-7574-6-babv.pdf Read more "konsep Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina..."

Rabu, 12 Mei 2010

MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT

PENDAHULUAN
Masyarakat merupakan slah atu unsur eksternal masyarakat yang keberadaannya juga menunjang keberhasilan dunia pendidikan.Peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk pengembangan lembaga pendidikan yang ada, sehingga lembaga pendidikan lebih kreatif dan inovatif dalam pengelolaannya.akan tetapi permasalahan pendidikan pada umumnya dan khususnya di Indonesia adalah terbatasnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sekolah atau madrasah.Hal ini bissa menyebabkan dampak yang kurangbaik pada lembaga pendidikan itusendiri, seperti terbelengunya kreativitas dan inovasi sekolah tersebut. Lebih jauh lagi lembaga pendidikan yang besangkutan baik itu sekolah ataupun madrasah seakan terisolasi dari lingkungan masyarakatnya yang secara berangsur-angsur menurunkan rasa memiliki masyarakat terhadap institusi tersebut.
Ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya kondisi tersebut.pertama, mungkin hal itu terjadi karena memang masyarakat sendiri yang bersifat pasif, atau bias jadi sekolah itu sendiri yang memiliki visi dan pengetahuan yang terbatas dalampengelolaan sekolahnya. Di samping itu mungkin juga karena kebijaka pemerintah yang kurang konusif terkait dengan dunia pendidikan.


Kontribusi masyarakat sebagai tempat tumbuhnya kehidupan sekolah merupakan faktor hakiki dalam pengembangan sekolah maupun proses pembelajarannya.semakin dekat dan semakin tinggi keterlibatan masyarakat dalam kehidupan sekolah maka akan semakin efektif proses pembelajaran di sekolah atau madrasah. Keterlibatan tersebut akan memberikan suatu keuntungan timbal balik yang ppada akhirnya integrasi sekolah dalam kehidupan masyarakatnya dapat terjadi secara harmonis.
Untuk itu dalam makalah yang singkat ini kami akan membahas seputar manajemen partisipasi masyarakat diantaranya :
1.ruang lingkup manajemen mayarakat
2.manfaat manajemen masyarakat
3.bentuk bentukpartisipasi masyarakat
4.prinsip-pinsip membangun keterlibatan

A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT
Istilah manajemen barangkali sudah merupakan konsep yang umum difahami, secara sederhana merupakan berbagai kegiatandalam kaitannya dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelakanaan (akuiting), dan pengendalian (controlling). Dalam konteks pengembangan madrasah, manajemen partisipasi ini lebih difokuskan bagaimana melakukan partisipasi masyarakat (community support). Kegiatan peneglolaan partisipasi masyarakat ini dimulai pada berbagai kegiatan empiris pengelolaan sekolah unggulan yang digunakan sebagai standar pengelolaan (sering disebut sebagai benchmarking) serta kaitannya dengan kelayakan (feasibility)program partisipasi dalam rangka pengembangan madrasah di masa yang akan datang. Disamping hal tersebut assessment dan evaluasi program partisipasi dilakukan baik diawal hingga diakhir program. Manajeman pada kbteks ini dapat dikatakan sebagai rangkaian bebagai aktivitas pengelolaan partispasi masyarakat yang meliputi hal sebagai berikut:

Perencanaan Program
Implementasi Program
Moitoring ( pendalaman )
Evaluasi

Keempat aktivitas inilah yang akan menjadi perhatian dalam pembahasan modul ini. Sedangkan yang dimaksud manajemen partisipasi masyarakat merupakan berbagai bentuk interaksi antara masyarakat dengan madrasah yangdapat dikembangkan sebagai kebutuhan kedua belah pihak. Masyarakat yang dimaksud lebih dari sekelompok orang maupun perorangan yang memiliki hubungan atau kebutuhan baik langsung maupun tidak dengan madrasah. Secara lebih luas, masyarakat merupakan lingkungan luar (lingkungan eksternal) dari madrasah yang memiliki hubungan-hubungan yang secara khusus berpangaruh terhadap proses pembelajaran. Lingkungan eksternal tersebut antara lain:
Pemerintah daerah
Kelompok Orang Tua Murid
Yayasan
Dewan Madrasah
Pesantren
Asosiasi Profesi
Lembaga Swadaya Masyarakat
Masyarakat Umum
Lembaga-lembaga Sosial
Perbankan, dll.

Barangkali masih terdapat berbagai ilustrasi yang secara khusus dan melembaga telah berfungsi dalam pengembangan madrasah di daerah-daerah tertentu. Keadaan lingkungan eksternal ini memang bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Demikian juga dengan tingkat partisipasi ataupun hubungan yang telah dibagun selama ini. Akan tetapi pada esensinya lingkungan eksternal diatas merupakan institusi-institusi yang secara langung berperan dalam pengembangan madrasah.

B. MANFAAT PARTISIPASI MASYARAKAT
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hubungan madrasah dengan masyarakat merupakan hubungan yang bersifat timbal balik (saling memberi dan menerima dan barangkali juga bersifat saling menguntungkan (mutual benefit)). Disamping itu hubungan tersebut juga bersifat hakiki dalam arti harus ada yang dikembangan untuk menjamin keberlangsungan madrasah. Manfaat partisipasi masyarakat tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut (diadopsi dari pidarta, 1988):

MANFAAT HUBUNGAN MADRASAH DENGAN MASYARAKAT
Bagi MADRASAH
Bagi MASYARAKAT
Memperbesar dorongan untuk mawas diri
Memudahkan memperbaiki pengelolaan madrasah
Mengurangi miskonsepsi masyarakattentang madrasah
Mendapatkan kritik dan saran dari masyarakat
Memudahkan meminta bantuan dan dukungan dari masyarakat
Memudahkan menggunakan media pendidikan di masyarakat
Memudahkan pemandatan nara sumber

Mengetahui aktivitas madrasah dan program-programnya
Kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan madarasah lebih mudah diwujudkan
Mendapatkan nilai tambah dalam hal inovasi dan kreativitas madrasah
Memberikan harapan yang lebih baik terhadap masa depan anak-anak
Menyalurkan dukungan (amal, zakat, dan infaq) dari masyarakat
Mendorong terciptanya masyarakat madani.

Hubungan yang bersifat timbal balik ini secara bertahap akan meningkatkan ketahanan hidup madrasah. Masyarakat menjadi puas dan merasa memilikinya semakin besar, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap madrasah dapat terbina secara lebih baik.
C. BENTUK-BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT
Keberadaan madrasah pada lingkungannya baik lingkungan sosial maupun budayanya harus memberikan keuntungan maupun keunggulan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Apresiasi (penghargaan) masyarakat terhadap dunia pendidikan hingga saat ini dapat dikatakan masih relatif tinggi. Akan tetapi, hal ini tidak sejalan dengan keterlibatannya. Keterlibatan lagsung mereka terhadap pengembangan madrasah pada umumnya masih bersifat terbatas dan bahkan cenderung pasif, sehingga diperlukan pengelolaan yang optimal untuk maenggalang partisipasi tersebut.
Beberapa bentuk partisipasi masyarakat secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut:

1.Keterlibatan Orang Tua Murid (OTM)
Berbagai studi yang menyatakan bahwa keterlibatan OTM dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah memiliki konstribusi yang sangat baik pada efektivitas proses pembelajaran. Peran OTM yang secara konsisten memberikan perhatian terhadap aktivitas sekolah, berpengaruh terhadap keberhasilan anak dan proses pembelajaran. Keterlibatan OTM tersebut dapat berbentuk seperti:
a.Keterlibatan dalam kegiatan madrasah. Kegiatan ini dapat terjadi seperti kegiatan-kegiatan pengupulan dana untuk kegiatan ekstrakulikuler, perayaan hari nasional dan hari besar agama Islam, pengelolaan pondok Ramadhan dsb.
b.Keterlibatan dalam kegiatan instruksional Madrasah. Kegiatan ini lebih bersifat kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran di madrasah, seperti halnya penentuan kurikulum, perencanaan evaluasi hasil belajar, penerimaan murid baru dan kegiatan ekstra maupun intra kulikuler lainnya. Pada umumnya kegiatan ini dilembagakan dalam organisasi Badan Pembantu Penyelenggaraan Pengajaran (BP3).
c.Keterlibatan dalam aktivitas belajar di rumah. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat membantu (tutorial) anak pada saat belajar di rumah. Dari berbagai studi menunjukan keterlibatan ini memiliki kontribusi dalam mendorong hasil pencapaian belajar anak (student achievent).
d.Keterlibatan dalam menjalin hubungan (komunikasi) antara sekolah dan rumah. Kedekatan (proximity) antara lingkungan rumah dan sekolah atau arangkali lebih konkritnya adalah antara OTM dan guru dapat mengurangi jarak atau menghilangkan rintangan hubungan yang dialami murid dan guru (psycological distance and barrier) yang merupakan hambatan untuk belajar.
e.Keterlibatan dalam mengelola madraasah. Keterlibatan ini bersifat langsung terhadap pengelolaan sekolah seperti pada proses konsultasi, pemberian nasehat hingga pada implementasi program.

2.Keterlibatan Dewan Madrasah/dewan Penyantun (DM)
Dewan madrasah atau di berbagai sekolah juga disebut sebagai dewan penyantun terbentuk dari berbagai unsur masyarakat dapat melipui berbagai komponen, seperti: pemilik yayasan, tokoh masyarakat, perwakilan orang tua murid, perwakilan guru, perwakilan masyarakat seputar madrasah, dan lain-lain. Pada dasarnya DM merupakan lembaga yang secara langsung memiliki akses ke publik (masyarakat). Di beberapa tempat, keberadaan DM ini sangat membantu dalam membangun dukungan baik finansial maupun dukungan lainnya untuk pekembangan atau pembaharuan madrasah. Dalam kaitannya dengan pembentukan DM, berdasarkan fakta empiris menunjukan bahwa terdapat lima hal yang perlu mendapatkan perhatian, meliputi:
3.Sumber Daya Manusia (rekrutmrn anggota masyarakat dalam lembaga ini). Keterlibatan berbagai pihak dalampengelolaan madrasah secara tidak langsung mengakumulasi potensi beragam sumber daya manusia yang dapat memberikan dukungan terhadap pengelolaan madrasah. Salah satu fungsi utama pembentukan DM adalah untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki (involvement and belongingness) terhadap madrasah.
4.Hubungan publik (pemasaran yang agresif). Aspek ini merupakan faktor yang fundamental, dikarenakan melalui kegiatan ini, madrasah berusaha menjual ide dan gagasan kepada masyarakat pengguana. Beberapa studi menunjukan kelemahan yang mendasar dari pengelolaan madrasah pada umumnya adalah lemahnya bahkan tidak efektifnya hubungan publik (pamasaran madrasah) kepada masyarakatnya.
5. Sumber Daya Keungan (pencarian sumber-sumber keuangan lainya). Sebagai salah satu sumber daya pengelolaan yang penting, mencari sumber-sumber pembiayaan madrasah (income generatingi) diluar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) membutuhkan pemikiran yang inovatif dari berbagai pihak.
6.Pelayanan kepada masyarakat (keterlibatan siswa dan sekolah dalam pembangunan masyarakat).
7.Membangun keunggulan (identitas madrasah). Pada iklim persaingan madrasah secara sehat, tujuan akhir dari pengelolaan madrasah adalah mendapatkan keunggulan yang menjadikan madrasah memiliki sifat dan karakteristik khususnya yang dikenal oleh sasaran (publik).
3.Keterlibatan Jaringan Asosiasi Profesi dan Lembaga Swadaya Masyarakat
Profesi pendidikan memiliki suatu asosiasi yang memiliki kepentingan (interest) dan komitmen (commitment) yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Tidak diragukan lagi, bahwa komitmen tersebut merupakan salah satu ikatan dari berbagai individu, kelompok maupun institusi untuk bergabung bersama berbagai pengalaman dan pengetahuan demi kemajuan profesi mereka.
4.Keterlibatan Pemerintah Daerah
Sebagai salah satu unsur dari sistem politik, pemerintah daerah memilki kewenangan dan peran yang menentukan dalam perkembangan SDM da daerahnya. Keterlibatan unsur pemerintah daerah dalam pengelolaan madrasah akan memberikan peluang bagi madrasah untuk dapat menterjemahkan program pemerintah yang dapat difalitasi (dibantu) oleh madrasah.
Diberbagai Negara dengan sistem pendidikan yang telah terbentuk dengan baik, ketertarikan hubungan masyarakat dan sekolah merupakan faktor kunci keberhasilan sekolah. Di beberapa sekolah di negeri ini, sistem tersebut telah diadopsi dan memberikan hasil yang baik. Meskipun proses pengadopsian sistem tersebut harus dilakukan dengan cermat yang didasari oleh berbagi pertimbangan-pertimbangan lokal. Beberapa contoh bentuk partisipasi nyata dari masyarakattersebut antara lain adalah dalam bentuk (Prianta. 1988):
1.Mengawasi perkembangan pribadi dan proses belajar putra –putrinya di rmah dan memberikan laporan atau berkonsultasi dengan madrasah.
2.menyediakan fasilitas belajar di rumah dan membimbingnya agar giat belajar.
3.menyediakan perlengkapan belajar
4.melunasi SPP dan dan bantuan pendidikan lainnya
5.memberikan kritik terhadap madrasah
6.Orang tua bersedia datang kesekolah apabila diundang
7.Membantu fasilitas belajar di madrasah dalam bentuk pemberian (amal, infaq, zakat, dan sodaqoh)
8.Meminjami fasilitas danperalatan belajar, seperti: kebun untuk percobaan, alat pertukangan dsb.
9.bersedia menjadi tenaga pelatih dan nara sumber
10.menerima para siswa pada saat kerja lapangan (praktek)

D. PRINSIP-PRINSIP MEMBANGUN KETERLIBATAN/PARTISIPASI MASYAKAT (COMMUNITY SUPORT)
Pada dasarnya upaya untuk menarik keterlibatan masayarakat dalam penegelolaan madrasah lebih didasari upaya untuk “membangun hubungan yang saling percaya (trust relationship). Prinsip hubungan ini merupakan nilai dasar (basic value) dari institusi pendidikan. Kemauan masyarakat untuk menyekolakan anaknya merupakan salah satu dari aktualisasi hubungan ini. Dengan demikian hubungan saling percaya merupakan kunci sukses dari madrasah di masa mendatang.
Dalam mewujudkan hubungan yang saling percaya, terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan sebagai acuan. Prinsip tersebut diasarkan pada sistem nilai yang berlaku pada masyarakat dan akan bervariasai dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya, seperti: (Djohani, R. 1996)
1. Mengutamakan Kesetaraan dan Etika.
Menekankan pada kesetaraan program dan target program merupakan kunci pokok dalam keberhasilan membangun partisipasi masyarakat. Melalui kesetaraas ini proses komunikasi dan belajar dari kedua belah pihak dapat berlangsung relatif lebih mudah. Melalui prinsip kesetaraan ini juga akan terbangun suatu etika hubungan yang saling menghargai yang didasari oleh norma-norma yang berlaku.
2. Mengutamakan keterbukaan dan kejujuran
Keterbukaan dan kejujuran ibarat dua keping mata uang yang salin berkaitan. Implikasi dari keterbukaan adalah kejujuran. Sifat keterbukaan akan menghilangkan kecurigaan dan pada akhirnya dapat menumbuhkan suatu sikap saling percaya.
3. Memberikan manfaat secara timbal balik
Prinsip ini juga tak kalah pentingnya dalam membangun partisipasi masyarakat. Meskipun pendidikan merupakan layanan yang berfungsi sosial, akan tetapi pemberian nilai tambah, baik dalam bentuk sosial seperti pengakuan, status sosial, kepuasa dan lain-lain, maupin berbentuk material seperti meningkatkan pendapatan, perbaikan keidupan masyarakat dan lingkungan, akan dapat menarik perhatian mereka.
4. Pemberdayaan (penguatan) masyarakat
Satu hal yang penting dalam melibatkan masyarakat untuk mengembangkan program adalah dengan lebih mengutamakan pada program yang dapat menguatkan dan juga memberikan nilai tambah bagi mereka. Penguatan ini juga dapat dilihat bahwa keterlibatan mereka juga mendorong mereka untuk memiliki akses (kesempatan) dan kontrol (suatu kemampuan untuk memutuskan dan memilih) terhadap berbagai hal yang terjadi di sekitar mereka.
Pada dasarnya membagun partisipasi masyarakat bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat keterlibatan masyarakat terhadap kegiatan-kefietan madrasah. Akan tetapi, diamping mengembangkan bentuk yang baru, memelihara hubungan-hubungan yang telah terjalin merupakan langkah yang tidak kalah pentingnya. Melalui pemeliharaan hubungan inilah yang mampu membuat keberlanjutan dan ketahanan jaringan (network) keterlibatan masyarakat. Terdapat sebuah konsep yang cukup populer dalam mempertahankan hubngan dengan masyarakat, yaitu: pelanggan lama lebih baik dari pelanggan baru (old cudtomer are better than new customer).
Ada juda satu konsep yang mengatakan ”memelihara hubungan lebih sulit dari pada membuat hubungan baru”. Akan tetapi fakta yang terjadi di lapangan dari berbagai pengalaman menunjukan bahwa memelihara hubungan yang telah ada seringkali tidak diperhatikan yang berakibat semakin pudarnya hubungan tersebut dan membutuhkan suatu usaha yang lebih untuk mendapatkannya kembali. Pemeliharaan hubungan (jaringan) madrasah tersebut dapat dilakukan dengan berbagai media, antara lain: kartu ucapan, buletin kegiatan madrasah, undangan dsb.
E. SIMPULAN
Dalam manajemen partisipasi masyarakat ini lebih di tekankan bagaimana pihak sekolah dan masyarakat bisa menjalin kerja sama, sehingga keduanya saling mengisi, yaitu masyarakat menyekolahkan anak-anaknya dan sekolah memajukan taraf kehidupan masyarakat menuju hidup yang lebih baik.
Dalam menjalin kerja sama antara pihal sekolah dan masyarakat, mereka harus mengutamakan kesetaraan dan etika, mengutamakan keterbukaan dan kejujuran, mengutamakan memberi manfaat secara timbal balik, dan pemberdayaan atau penguatan masyarakat. Langakah-langkah ini diambil dengan harapan terjalin kerja sama yang balik dengan tidak adanya dugaan-dugaan yang dapat menyebabkan saling acuh tak acuh.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen agama republik Indonesia, In service training KKM MTs/MI, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) IAIN Jakarta, Jl. Kertamukti No 5 Pisangan Ciputat 15419
Read more "MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT..."

Jumat, 12 Maret 2010

BAB I
PENDAHULUAN
TRADISI DAN NALAR SEJARAH DINASTI MU’AWIYAH

Catatan emas telah ditorehkan umat Islam dalam membangun peradaban di muka bumi ini. Selama hampir 9 abad peradaban Islam menguasai dunia. Bermula dari masa kepemimpinan Rasululloh SAW, Khulafaur Ar-Rasyidin, dan pasca khulafaur Ar-Rasyidin. Dimana salah satunya adalam Bani Umayyah yang berkuasa selama 90 tahun. Kerajaan Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41 H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/ 750 M. sejarah telah membuktikan prestasi yang ditorehkan oleh dinasti Mu’awiyah ini.
Dalam waktu 90 tahun dinasti Mu’awiyah mampu menguasai Spanyol sampai dengan India, sungguh prestasi yang luar biasa. Bahkan ketika dinasti mu’awiyah berada dibawah kekuasaan Al-Walid, Segenap Afrika Utara diduduki dan pada tahun 91 H / 710 M pasukan Muslim menyebrangi Selat Gibraltar lalu masuk ke Spanyol, kemudian menyebrangi Sungai Pyrenees dan menyerang Carolingian Prancis. Di Timur, seorang Wali Arab menyusup melalui Makran masuk ke Sind, menancapkan Islam untuk pertama kalinya di India (Dinasti-Dinasti Islam, 1993).


Bagi beberapa kalangan luas wilayah Islam pada masa ini adalah yang terluas dibanding dengan masa kekhalifahan lainnya. Perluasan-perluasan berikutnya hanyalah berupa pengembangan dari luas wilayah yang telah ada. Malah pada akhir masa Kekhalifahan Utsmani, wilayahnya semakin menyempit akibat sparatisme dan berkembangnya nation state, sampai akhirnya hilanglah wilayah kekhalifahan Islam pada tahun 1924 (3 Maret), saat diruntuhkannya Kekhalifahan Utsmaniyyah sehingga wilayah Islam terpecah menjadi negeri-negeri Islam, sampai sekarang. Kejayaan kerajaan Mu’awiyah hanya sampai Raja Al-Walid. Karena raja-raja setelahnya telah terjagkit penyakit cinta dunia yangmenyebabkan dinasti bani Umayyah ini runtuh.





BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal-Usul, Pertumbuhan dan Basis Sosial Dinasti Mu’awiyah
Muawiyah lahir kira-kira 15 tahu sebelum hijrah. Dia memeluk Islam bersama-sama dengan penduduk Makkah lainnya yang berbondong-bondong masuk Islam setelah Makkah ditaklukkan oleh kaum Muslimin. Ketika itu Mu'awiyah berumur 23 tahun.
Muawiyah mulai memegang tempuk pemerintahan pada masa Khalifah Umar bin Khattab,. Dia diangkat menjadi Gubernur Yordania. Pada saat yang bersamaan saudaranya, Yazid juga diangkat menjadi gubernur Damaskus oleh syaidina Umar. Tapi Yazid wafat karena panyakit Pes yang berjangkit di kota Amuas, di masa pemerintahan Khalifah Umar. Dan pada saat itulah khalifah umar mwnggabung wilayah Damsyik kedalam wilayah kekuasaan Mu’awiyah. Ketika menjadi seorang gubernur, Mu’awiyah merupakan sosok pemimpin yang memiliki pribadi sangat kuat dan amat jujur, serta ahli dalam lapangan politik.-
Mu’awiyah berhasil memegang kekuasan penuh setelah Hasan bin Ali menyerahkan jabatan itu dengan beberapa syarat, antara lain :
1. Agar Mu’awiyah tidak menaruh dendam terhadap seseorangpun dari penduduk Iraq.
2. Menjamin keamanan yan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.
3. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan padanya dan diberikan setiap tahun.
4. Agar Mu’awiyah membayar kepada saudaranya, yaitu Husen bin Ali bin Abi Thalib sebesar 2 juta dirham.
5. Pemberian kepada bani hasyim haruslah lebih besar dari pada pemberian kepada bani Abdi Syam.

Perjanjian itu berhasil mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah pimpinan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Dengan kata lain, Hasan telah menjual haknya sebagai khalifah kepada Mu’awiyah. Akibat perjanjian itu menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut. Naiknya Mu’awiyah menjadi khalifah pada awalnya tidak melalui forum pembai’atan yang bebas dari semua umat. Mu’awiyah dibai’at pertama kali oleh penduduk Syam karena memang berada di bawah kekuasaannya, kemudian ia dibai’at oleh umat secara keseluruhan setelah tahun persatuan atau ‘am jama’ah (661). Pembai’atan tersebut tidak lain hanyalah sebuah pengakuan terpaksa terhadap realita dan dalam upaya menjaga kesatuan umat. Maka, di sini telah masuk unsur kekuatan dan keterpaksaan menggantikan musyawarah. Karenanya dapat dikatakan bahwa telah terjadi perceraian antara idealisme dan realita .

B. Sistem Kepemimpinan dan Penegakan Dinasti
Mu'awiyah adalah penguasa Islam yang pertama yang menggantikan sistem demokratis republik Islam menjadi sistem Monarkis (kerajaan). Mu'awiyah pernah menegaskan bahwa dirinya adalah seorang raja Islam yang pertama. Ia membentuk sistem kekuasaan berdasarkan garis keturunan dengan menunjuk anaknya, Yazid, sebagai putra mahkota. Sikapnya menunjuk putra mahkota ini akhirnya menjadi model dan diikuti oleh seluruh penguasa Umayyah sesudahnya. Karenanya Mu'awiyah dipandang sebagai pendiri sistem kerajaan yang turun temurun dalam sejarah umat Islam. Tradisi demokrasi kesukuan nenek moyang bangsaArab seketika itu hilang untuk selama-lamanya dan digantikan dengan pola kekuasaan individu dan otokrasi. Dalam hal ini Mu'awiyah mengikuti tradisi kekuasaan absolutisme yang berkembang di Persia dan Bizantium.
Mu'awiyah setelah menjadi raja tampaknya masih menjalankan kedudukan dan fungsi khalifah, seperti menyampaikan khutbah dan menjadi imam shalat Jum'at, tetapi ia terlalu menjaga jarak dengan kehidupan masyarakat. Mu'awiyah hidup dalam kemewahan istana yang selalu dijaga oleh pengawal bersenjata, baitul mal dijadikan sebagai harta kekayaan pribadi dan memutuskan segala yang penting hanya menggunakan pertimbangannya sendiri tanpa melalui musyawarah. Di sinilah letak perbedaannya dengan pemerintahan masa sebelumnya. Mu'awiyah selama memerintah berhasil menegakkan kerukunan antar bangsaArab wilayah utara (Kaisaniyyah) dengan bangsa Arab wilayah selatan (kalbiyah). Sekalipun nasab Mu'awiyah lebih dekat kepada kelompok kaisaniyyah, namun ia justru mengangkat putra mahkota dari istrinya yang berketurunan Kalbiyah. Selama masa pemerintahannya, penguasa dan rakyat hidup rukun. Ia juga bertindak cukup bijaksana terhadap penganut agama Kristen. Hal ini terbukti dengan diangkatnya beberapa orang nasrani sebagai pejabat negara, salah satunya menjabat sebagai dewan penasihat.

C. Dinasti-Dinasti Mu’awiyah
1. Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-681 M)
Muawiyah ibn Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan menjabat sebagai Khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota dari Madinah al Munawarah ke kotaDamaskus dalam wilayah Suriah. Pada masa pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam yang terhenti pada masa Khalifah Ustman dan Ali. Disamping itu ia juga mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos. Muawiyah meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus di pemakaman Bab Al-Shagier.

2. Yazid ibn Muawiyah (681-683 M)
Lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah mencalonkan anaknya, Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam usia 34 tahun pada tahun 681 M. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Mekkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai Khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala (Yatim, 2003:45). Masa pemerintahan Yazid dikenal dengan empat hal yang sangat hitam sepanjang sejarah Islam, yaitu :
a. Pembunuhan Husein ibn Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad.
b. Pelaksanaan Al ibahat terhadap kota suci Madinah al - Munawarah.
c. Penggempuran terhadap baiat Allah.
d. Pertama kalinya memakai dan menggunakan orang-orang kebiri untuk barisan
pelayan rumah tangga khalif didalam istana. Ia Meninggal pada tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan masa pemerintahannya ialah tiga tahun dan enam bulan.

3. Muawiyah ibn Yazid (683-684 M)
Muawiyah ibn Yazid menjabat sebagai Khalifah pada tahun 683-684 M dalam usia 23 tahun. Dia seorang yang berwatak lembut. Dalam pemerintahannya, terjadi masa krisis dan ketidakpastian, yaitu timbulnya perselisihan antar suku diantara orang-orang Arab sendiri. Ia memerintah hanya selama enam bulan.

4. Marwan ibn Al-Hakam (684-685 M)
Sebelum menjabat sebagai penasihat Khalifah Ustman bin Affan, ia berhasil memperoleh dukungan dari sebagian orang Syiria dengan cara menyuap dan memberikan berbagai hak kepada masing-masing kepala suku. Untuk mengukuhkan jabatan Khalifah yang dipegangnya maka Marwan sengaja mengawini janda Khalifah Yazid, Ummu Khalid. Selama masa pemerinthannya tidak meninggalkan jejak yang penting bagi perkembangan sejarah Islam. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan masa pemerintahannya selama 9 bulan 18 hari.

5. Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)
Abdul Malik ibn Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah kematian ayahnya, pada tahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai kekuasaan dan kemulian. Ia terpandang sebagai Khalifah yang perkasa dan negarawan yang cakap dan berhasil memulihkan kembali kesatuan Dunia Islam dari para pemberontak, sehingga pada masa pemerintahan selanjutnya, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik Daulah bani Umayyah dapat mencapai puncak kejayaannya. Ia wafat pada tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun. Ia meninggalkan karyakarya terbesar didalam sejarah Islam. Masa pemerintahannya berlangsung selama 21tahun, 8 bulan. Dalam masa pemerintahannya, ia menghadapi sengketa dengan khalif bdullah ibn Zubair.

6. Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)
Masa pemerintahan Walid ibn Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban Umat Islam. Pada masa pemerintahannya tercatat suatu pestiwa besar, yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Perluasan wilayah kekuasaan Islam juga sampai ke Andalusia (Spanyol) dibawah pimpinan panglima Thariq bin Ziad. Perjuangan panglima Thariq bin Ziad mencapai kemenangan, sehingga dapat menguasai kota Kordova, Granada dan Toledo. Selain melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga melakukan pembangunan besar-besaran selama masa pemerintahannya untuk kemakmuran rakyatnya. Khalifah Walid ibn Malik meninggalkan nama yang sangat harum dalam sejarah Daulah Bani Umayyah dan merupakan puncak kebesaran Daulah tersebut.

7. Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)
Sulaiman Ibn Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Ia tidak memiliki kepribadian yang kuat hingga mudah dipengaruhi penasehat-penasehat disekitar dirinya. Menjelang saat terakhir pemerintahannya barulah ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya dengan memegang jabatan wazir besar. Hasratnya untuk memperoleh nama baik dengan penaklukan ibu kota Constantinople gagal. Satu-satunya jasa yang dapat dikenangnya dari masa pemerintahannya ialah menyelesaikan dan menyiapkan pembangunan Jamiul Umawi yang terkenal megah dan agung di Damaskus.

8. Umar Ibn Abdul Aziz (717-720 M)
Umar ibn Abdul Aziz menjabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun . Ia terkenal adil dan sederhana. Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan seperti pada zaman khulafaur rasyidin. Pemerintahan Umar meninggalkan semua kemegahan Dunia yang selalu ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah. Ketika dinobatkan sebagai Khalifah, ia menyatakan bahwa mempernaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya (Amin, 1987:104). Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, ia berhasil menjalin hubuingan baik dengan Syi’ah. Ia juga membari kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan. Kedudukan mawali (orang Islam yang bukan dari Arab) disejajarkan dengan Muslim Arab. Pemerintahannya membuka suatu pertanda yang membahagiakan bagi rakyat. Ketakwaan dan keshalehannya patut menjadi teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun, dimakamkan di Deir Simon.

9. Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)
Yazid ibn Abdul Malik adalah seorang penguasa yang sangat gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid. Pemerintahan Yazid yang singkat itu hanya mempercepat proses kehancuran Imperium Umayyah. Pada waktu pemerintahan inilah propaganda bagi keturunan Bani Abas mulai dilancarkan secara aktif. Dia wafat pada usia 40 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 4 tahun, 1 bulan.

10. Hisyam ibn Abdul Malik (724-743 M)
Hisyam ibn Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia yang ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer. Pada masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru, Bani Abbas. Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi semua kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan para pendahulunya, karena gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah tidak mampu mematahkannya. Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang mengalami kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sisily pada tahun 743 M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 19 tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah-Khalifah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.

11. Walid ibn Yazid (743-744 M)
Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran dimasa pemerintahan Walid ibn Yazid. Ia berkelakuan buruk dan suka melanggar norma agama. Kalangan keluarga sendiri benci padanya. Dan ia mati terbunuh. Meskipun demikian, kebijakan yang paling utama yang dilakukan oleh -Walid ibn Yazid ialah melipatkan jumlah bantuan sosial bagi pemeliharaan orang-orang buta dan orang-orang lanjut usia yang tidak mempunyai famili untuk merawatnya. Ia menetapkan anggaran khusus untuk pembiayaan tersebut dan menyediakan perawat untuk masingmasing orang. Dia sempat meloloskan diri dari penangkapan besar-besaran di Damaskus yang dilakukan oleh keponakannya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 1 tahun, 2 bulan. Dia wafat dalam usia 40 tahun.

12. Yazid ibn Walid (Yazid III) (744 M)
Pemerintahan Yazid ibn Walid tidak mendapat dukungan dari rakyat, karena perbuatannya yang suka mengurangi anggaran belanja negara. Masa pemerintahannya penuh dengan kemelut dan pemberontakan. Masa pemerintahannya berlangsung selama 16 bulan. Dia wafat dalam usia 46 tahun.

13. Ibrahim ibn Malik (744 M)
Diangkatnya Ibrahim menjadi Khalifah tidak memperoleh suara bulat didalam lingkungan keluarga Bani Umayyah dan rakyatnya. Karena itu, keadaan negara semakin kacau dengan munculnya beberapa pemberontak. Ia menggerakkan pasukan besar berkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan suka rela mengundurkan dirinya dari jabatan khilafah dan mengangkat baiat terhadap Marwan ibn Muhammad. Dia memerintah selama 3 bulan dan wafat pada tahun 132 H.

14.Marwan ibn Muhammad (745-750 M)
Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang pahlawan. Beberapa pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak mampu mengahadapi gerakan Bani Abbasiyah yang telah kuat pendudkungnya. Marwan ibn Muhammad melarikan diri ke Hurah, terus ke Damaskus. NamunAbdullah bin Ali yang ditugaskan membunuh Marwan oleh Abbas As-Syaffah selalu mengejarnya. Akhirnya sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian tamatlah kedaulatan Bani Umayyah, dan sebagai tindak lanjutnya dipegang oleh Bani Abbasiyah.
Setelah Dinasti mu’awiyah runtuh, maka negara Islam terpecah menjadi 30 Negara yang terdiri dari beberapa dinasti, yaitu:
a. Dinasti Murabithun (1086-1143)
Dinasti ini perpusat di kota Maraskey, Maroko. Pasukan dinasti murabithun datang dalam rangka membantu umat Islam melawan kwrajaan Castilla. Mereka memutuskan untuk menguasai Andalusia setalah melihat Umat Islam terpecah belah.

b. Dinasti Muwahiddun (1146-1235)
Dinasti ini datang menggantikan dinasti Murabithun di Afrika Utara Kemudian juga melanjutkan kepemimpinan di Andalusia. Dimana ini hidup Ibnu Rusyd, seorang pemikir besar pasa masa itu yang banyak menafsirkan pemikiran Ariestoteles.
c. Bani Ahmar (1232-1292)
Pada 1238 Cordova jatuh ke tangan Kristen, lalu Seville pada 1248 dan akhirnya seluruh Spanyol. Hanya Granada yang bertahan di bawah kekuasaan Bani Ahmar (1232-1492). Kepemimpinan Islam masih berlangsung sampai Abu Abdullah—meminta bantuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella—untuk merebut kekuasaan dari ayahnya. Abu Abdullah sempat naik tahta setelah ayahnya terbunuh. Namun Ferdinand dan Isabella kemudian menikah dan menyatukan kedua kerajaan. Mereka kemudian menggempur kekuatan Abu Abdullah untuk mengakhiri masa kepemimpinan Islam sama sekali.
Sejak itu, seluruh pemeluk Islam (juga Yahudi), dikejar-kejar untuk dihabisi sama sekali atau berpindah agama. Kekejian penguasa Kristen terhadap pemeluk Islam itu dibawa oleh pasukan Spanyol yang beberapa tahun kemudian menjelajah hingga Filipina. Kesultanan Islam di Manila mereka bumihanguskan, seluruh kerabat Sultan mereka bantai.
Memasuki Abad 16, Tanah Andalusia—yang selama 8 Abad dalam kekuasaan Islam—kemudian bersih sama sekali dari keberadaan Muslim.
D. Karakteristik, Tradisi dan Peradaban Muslim Masa Mu’awiyah.
Sebagaimana khalifah-khalifah sebelumnya, keempat belas Khalifah dari Keluarga Umayyah ini telah menenorehkan sejarah dengan karakteristik tersendiri. Inilah yang kemudian dinyatakan sebagai keberhasilan atau kelemahan dalam keberadaannya. Sedikit tentang sejarah yang ditorehkannya antara lain;
1. Mulai adanya penyempitan calon-calon yang diajukan sebagai khalifah pengganti khalifah sebelumnya. Yaitu calon-calon tersebut harus berasalkan dari keluarga Umayyah. Inilah yang dikatakan sebagai penyimpangan dari ajaran Islam, tetapi sejauh mana penyimpangan tersebut. Secara lebih spesifik bahasannya disendirikan di bagian akhir.
2. Perluasan wilayah Islam dapat diperoleh dalam waktu yang cukup singkat. Dalam kekuasaannya selama 90 tahun, wilayah Islam semakin luas, mulai dari Spanyol, sampai dengan India. Penaklukan militer ini berjalan cepat terutama pada pemerintahan Khalifah Al Walid. Segenap Afrika Utara diduduki dan pada tahun 91 H / 710 M pasukan Muslim menyebrangi Selat Gibraltar lalu masuk ke Spanyol, kemudian menyebrangi Sungai Pyrenees dan menyerang Carolingian Prancis. Di Timur, seorang Wali Arab menyusup melalui Makran masuk ke Sind, menancapkan Islam untuk pertama kalinya di India (Dinasti-Dinasti Islam, 1993). Bagi beberapa kalangan luas wilayah Islam pada masa ini adalah yang terluas dibanding dengan masa kekhalifahan lainnya. Perluasan-perluasan berikutnya hanyalah berupa pengembangan dari luas wilayah yang telah ada. Malah pada akhir masa Kekhalifahan Utsmani, wilayahnya semakin menyempit akibat sparatisme dan berkembangnya nation state, sampai akhirnya hilanglah wilayah kekhalifahan Islam pada tahun 1924 (3 Maret), saat diruntuhkannya Kekhalifahan Utsmaniyyah sehingga wilayah Islam terpecah menjadi negeri-negeri Islam, sampai sekarang.
3. Pembangunan fisik semakin marak dilakukan. Apabila pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyiddin, pembangunan terlihat lebih fokus kepada pembangunan ruhul Islam, dalam artian penerapan hukum-hukum Islam di muka bumi. Pada masa Umayyah pembangunan fisik dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin berkembang, hal-hal yang khusus antara lain. Penghijauan daerah Mekkah dan Madinah pada masa Khalifah Mu’awiyah, pembuatan mata uang Islam pada masa Khalifah Abdul Malik, penghimpunan hadits-hadits Nabi pada masa Umar bin Abdul Aziz. Kemudian Masjid Raya Damaskus didirikan oleh Khalifah Al Walid I serta Madrasah al Nuriyah di Damaskus pun dibangun untuk sarana pendidikan

E. Yurisprudensi dan Tata Hukum Ajaran Islam Masa Mu’awiyah
Politik pemerintahan di masa dinasti Umayyah, menurut Imam Az-Zuhri, bahwa pada masa Rosulullah, dan para khulafaur-rosyidun yang empat berlaku hokum bahwa orang-orang kafir tidak mewarisi seorang muslim dan demikian pula seorang muslim tidak mewarisi seorang kafir. Tapi Mu’awiyah pada masa pemerintahannya, telah bertindak mewariskan seorang muslim dari seorang kafir tapi tidak mewariskan seorang kafir dari seorang muslim. Ketentuan yang berupa bid’ah (sesuatu yang mengada-ada dalam agama ini telah dibatalkan pada masa Umar bin Abdul Aziz dimasa pemerintahannya, tapi Hisyam bin Abdul Malik telam mengembalikan sebagaimana keadaan yang semula, yakni seperti dimasa Mu’awiyah .
Ibnu katsir berkata bahawa Mu’awiyah juga telah menganti sunnah Rosululloh saw. dan para khulafaur-rasyidun dalam urusan diyat. Sebelum itu, diyat (denda) pembunuhan terhadap seorang non-muslim yang telah mengikat perjanjian dengan negara Islam, jumlahnya sama dengan diyat seorang muslim. Tapi Mu’awiyah mengurangi sampai setengahnya dan dia mengambil setengah yang lain bagi dirinya sendiri.
Begitu bayak prestasi yang ditorehkan oleh Muawiyah, termasuk didalamnya pembagian departemen-departemen. Dari setiap lembaga yang ada. Termasuk didalamnya adalah pembentukan Al-Nizham al qadha’I, yaitu lembaga bagian penegak hokum. Al-Nizham al qadha’I ini terdiri dari tiga bagian, yaitu al-qadha, al-hisbat, danal-mazholim .
Badan al-qadha dipimpi oleh seorang Qadhi yang bertugas membuat fatwa-fatwa hokum dan peraturan yang digali langsung dari Al-Qur’an, As-Sunnah,atau Ijma’ atau berdasarkan Ijtihad. Badan ini bebas dari pengaruh penguasa dalam menetapkan keputusan hokum terhadap para pejabat, pegawai negara yang melakukan pelanggaran. Pejabat badan al-hisbat disebut al muhtasib, tugasnya menangani kriminalyang perlu penyelesaian segera. Pejabat badan al-mazholim disebut qodhi al-mazhalim atau shahib al-mazhalim. Kedudukan badan ini lebih tinggi daripada al-qadha atau al-hisbat. Karena badan ini bertugas meninjau kembali akan kebenaran dan keadilan keputusan-keputusan hokum yang dibuat oleh qodhi dan muhtasib. Bila ada suatu kasus perkara yang keputussannya dianggap perlu ditinjau kembali, baik perkara seorang rakyat atau pejabat yang menyalahgunakan jabatannya, badan ini menyelenggarakan mahkamat al-mazhalim yang mengambil tempat di masjid. Siding ini dihadiri oleh lima unsure lengkap, yaitu para pembantu sebagai juri, para hakim, para fuqaha, para katib dan para saksi, yang dipimpin oleh al-qadhi al-muzhalim . Berarti pemerintahan dinasti Umayyah , sebagaimana pada pereode Negara Madinah, peradilan bebas terap ditegakan.

F. Faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran dinasti mu’awiyah
Ada beberapa factor yang menyebabkan lemahnya sampai kehancuran dinasti Umayyah, antara lain :

1. System pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi arab yang lebih menekan aspek senioritas. Pengaturan tidak jelas. Ketidakjelasan sistim pegantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi dimasa Ali. Sisa-sisa syi’ah (pengikut Ali)dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka, seperti dimasa awal dan di akhir maupun secara tersembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasan bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasan bani Umayyah, pertentangan etnis anggaota suku Arabia Utara (bani Qays) dan Arabia Selatan (bani Kalb) yang sudah ada sejakzaman sebelum islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa bani Umayyah menapatkan kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu sebagian besar golongan Mawali ( non arab ) terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas dengan status mawali itu menggambarkan status inferioritas di tambahkan dengan keangkuhan bangsa arab yang di perlihatkan pada masa Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulat bani Umayyah yang disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehiungga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadapperkembangan agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang di pelopori oehketurunan Abbas ibnu Abdul Al- Muthalib.gerakan ini mendapakan dukungan penuh dari bani Hasyim dan golongan syi’ah dan kaum mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintah Bani Umayyah.

Masih banyak factor-faktor lain yang tidak kami sebutkan yang menyebabkan keruntuhan bani Umayyah.

G.Kritik Refleki Objektifikasi Peradaban Masa Mu’awiyah
Dinasti Umayyah berhasil meguasai dunia selam kurang lebih 90 tahun, dalam kurun waktu 90 tahun itulah berbagai macam perubahan telah di lakukan oleh Mu\awiyah dan juga penerus dinasti Umayyah itu. Ada banyak perubahan yang seharusnya tidak ia lakukan, yaitu tenang system pemerintahan yang ternyata sangat mempengaruhi kehidupan umat Islam di seluruh belahan dunia. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa keberhasilan umat Islam dalam membangun peradaban terletak pada masa kekhalifahan yang dimulai oleh Rosulullah saw, dan kemudian dilanjutkan oleh khulafaur-rasyidin.
Perubahan yang dilakukan Mu’awiyah secara tidak langsung telah menggerogoti kekuatan umat Islam, karena dengan berubahnya sistem pemerintahan dari khalifah menjadi kerajaan turun-temurun atau system demokrasi (musyawarah) menjadi sistem Monarki (turun temurun) memjadikan umat Islam yang begitu kuat dengan persaudaraannya menjadi mudah dihasut, sehingga menimbulkan pemberontakan yang mengatas namakan kebenaran. Dan terbukti, salah satu factor runtuhnya dinasti Umayyah adalah terjadinya perebutan kekuasaan antara anak-anak dan cucu-cucu dari Mu’awiyah.
Saat ini banyak diantara Umat Islam yang ingin membangun kembali Khilafah yang telah runtuh, dan mengikrakan kembali peradaban Islam di dunia, tapi tidak memiliki kemampuan yang cukup dan tidak memiliki pondasi yang kuat. Tapi setidaknya Mu’awiyah telah berhasil menerapkan system pemerintahan kerajaan ini dengan mampu menaklukan seluruh Negara Afrika bagian Utara, dikuasainya Spanyol dan masih banyak lagi yang telah ditaklukan. Hanya saja kini semua telah kembali ke masa awal sampai tidak ada sedikitpun bukti keberadaan Islam di Spanyol. Inilah yang menjadi pestasi buruk.















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinasti Umayyah didirikan oleh Mu’awiyah bin Abu Suyfan pada tahun 41 H/ 661 M. Samapai 132 H/ 750 M. dinasti ini berkuasa kurang lebih 90 tahun. Mu’awiyah memindahkan ibukota kerajaan ke Damaskus dimana dia sangat di kenal di daearah itu karena pernah menjadi Gubernur di Damaskus. Dan saat itulah berakhir periode madinah yang dibangun oleh Rosulullah dan Khulafaur-rasyidun.
Disaat yang sama Muawiyah juga merubah system pemerintahan, dari demokrasi ( musyawarah) menjadi Monarki ( kerajaan turun temurun). Bermula dari sinilah terbentuk Kerajaan Islam pertamayang di Rajai oleh Muawiyah. Dibawah ini adalah khalifah-khalifah di masa dinasti Umayyah:
1. Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-681 M)
2. Yazid ibn Muawiyah (681-683 M)
3. Muawiyah ibn Yazid (683-684 M)
4. Marwan ibn Al-Hakam (684-685 M)
5. Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)
6. Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)
7. Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)
8. Umar Ibn Abdul Aziz (717-720 M)
9. Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)
10. Hisyam ibn Abdul Malik (724-743 M)
11. Walid ibn Yazid (743-744 M)
12. Yazid ibn Walid (Yazid III) (744 M)
13. Ibrahim ibn Malik (744 M)
14.Marwan ibn Muhammad (745-750 M)
Dari empat belas kahalfah yang ada di atas, yang prestasinya paling menonjol adalah Umar bin Abdul Aziz. Prestasinya itu tidak lepas dari kezuhudannya. Sehingga dia tidak tergila-gila dengan harta. Tapi sanyang Umar bin Abdul Aziz hanya memimpin selama dua tahun, namun prestasinya bias dirasakan hingga sekarang.
Dinasti Umayyah runtuh setelah diantara anak mahkota berebut kekuasan dan harta. Hingga tidak mampu mengendalikan keadaan lagi. Dan akhirnya mudah dikalahkan oleh musuh.


Read more " ..."

Selasa, 16 Februari 2010

Apa yang paling mahal?

Tatkala dagangan sepi Abu Mawas berkeliling pasar dan entah apa yang dipikirkannya tiba-tiba ia masuk kedalam toko perhiasan.

"Kong apa yang paling mahal disini?" tanya Abu Mawas. "Oew..ow... Abu lagi banyak duit yach? Nggak nyangka Abu tertarik juga sama barang mahal" sambut penjual perhiasan, sebut saja Ong tapi karena janggal sering dipanggil Kong atau O'ong. Abu hanya membalas dengan senyuman. Mungkin Abu merasa geli dengan sambutan tersebut, entahlah apa yang ada dipikiran Abu dengan senyumnya yang penuh misteri.

O'ong mengeluarkan sebuah peti kecil dari brangkas. "Anda cukup aneh kenapa barang bagus malah diumpetin bukanya dipajang?" Sambut Abu.

"Oew owe... ini yang namanya berlian, saya sediakan khusus buat yang paham saja saya tidak mau mencampur dengan dagangan lainnya." Jawab O-ong.



"Bagaimana Kong tahu kalau itu barang mahal?" tanya Abu.

"Oe juga tadinya tidak ngerti, tapi setelah tanya-tanya tahu juga kenapa berlian menjadi mahal. Ini adalah batu langka yang dipahat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Sebelumnya hanya bongkahan batu yang tersedia di alam ini. Dan kadarnyapun berbeda-beda." Jelas Ong.

"Bagaimana saya dapat mengetahui kadar atau nilainya Kong?" Tanya Abu.

"Yakni karat (carat), warna (color), kejernihan (clarity), dan pemotongan (cutting), atau sering disingkat menjadi 4C. Agar lebih jelas Abu perlu kaca pembesar ini." Kong menjelaskan sambil menyodorkan kaca pembesar.

Abu manggut-manggut namun ia berpikir keras menerjemahkan apa yang dijelaskan Kong. Saat itu otaknya mencoba merekam apa yang dijelaskan Kong. "Orang kok bisa yach beli sesuatu yang mahal yang hanya bisa diketahui sedikit orang saja dengan cara yang rumit pula." Gumam Abu.

"Udah Abu Gak usah kebanyakan mikir, dijamin Abu tidak akan rugi dan tidak akan tertipu beli sama oe, oe jamin keasliannya. Abu juga bisa jual lagi kapan saja Abu butuh uang atau mau tukar tambah." Kong menjelaskan karena menangkap kegelisahan Abu.

"Memangnya berapa duit yang harus saya keluarkan untuk dapetin berlian ini?" Tanya Abu pantang menyerah.

"Lihatlah seluruh emas yang ada disini, ini berlian yang paling murah cukup untuk membeli dua kali lipat seluruh emas yang oe pajang." Jelas Kong.

Sontak Abu melongo mendengarnya. "Oooowh... lalu apa yang saya lakukan setelah membelinya?" untuk meredam keterkejutan kata-kata lugu meluncur begitu saja dari mulut Abu.

"Hahaha... Abu kok lucu yach, Abu bisa bergaul dengan orang-orang kelas atas, coba Abu kenakan pastilah orang akan kagum." Jelas Kong.

"Anda tahu saya cuma bergaul dipasar apa mungkin mereka mengerti Kong sendiri menyembunyikan ini barang." Jawab Abu.

Giliran Kong yang mlongo, otaknya diputar untuk meyakinkan si pembeli, bahwa apa yang dibelinya bukanlah suatu yang sia-sia. Buatnya hal ini adalah kesempatan untuk mempromosikan barang dagangannya yang langka.

"Tenang saja Abu nanti saya perkenalkan keseluruh orang pasar bahwa Abu punya barang yang paling mahal." Jelas Kong.

"Anda sendiri memilih untuk menyembunyikan giliran saya beli kenapa harus disiar-siarkan, apa itu bukan sama saja menyodorkan kepala untuk dipenggal?" Jawab Abu cerdas.

Kong makin pusing mendengar jawaban Abu yang ada benarnya juga, dipilir-pilir kumisnya sambil manggut-manggut. "Jadi Abu tidak jadi membeli?" Tanya Kong tak kenal menyerah.

"Kong tahu kan siapa teman-teman ane? Ane rasa gak perlu barang beginian. Jadi ane tidak jadi beli." Ketus Abu.

"Oe... oe... sia-sia waktu saya." Kong menggerutu. Terlintas dalam benaknya akan waktunya terbuang melayani Abu.

"Saya tahu kerisauan Kong, begini saja saya paling menghargai ilmu saya balas dengan ilmu juga jika Kong berkenan." Jawab Abu menangkap kekecewaan Kong.

Sontak Kong malu mendengar sambutan Abu, "Oe... oe Abu tidak usah tersinggung, toh manusiawi oe pikir Abu maklum lah."

"Tidak Kong ini sudah jadi tabiat saya, jika Kong tidak mau rugi saya hanya butuh waktu sebentar saja." Kilah Abu.

"Begini Kong, kita hidup di dunia ini agar memahami betapa hidup ini berharga kira-kira dari siapa? Orang yang memahami hidup bukan? Orang yang memahami hidup tahu dari siapa? Dari yang menghidupkan dan mematikan yaitu Tuhan. Di dunia ini saja orang mengenal barang mahal yaitu berlian dengan cara yang rumit yang sedikit saja orang tahu dan susah didapat. Sayapun kalau tidak dikasih tahu Kong pastilah menganggap itu hanya kaca yang dibentuk, agar memantulkan cahaya kemilau tapi jika tidak ada cahaya barang itu tidaklah berarti apa-apa. Bagaimana jka di dunia batu seperti ini banyak dan batu melebihi batu biasa? Begitu juga dengan petunjuk, kehidupan ini tidak mungkin dapat deketahui nilainya tanpa petunjukNYA melalui orang yang sudah mencapai keridhoanNYA dan diutus untuk menerangkan kepada manusia lainnya. utusan itu tidak meminta upah, karena mereka tidak mau kepalsuan pandangan mereka sangat yakin akan balasan akhirat dengan cahayaNYA yang dengan cahaya itu dapat mengenaliNYA dan apa yang dijanjikanNYA. Alangkah naifnya jika kita merasa prestis dengan barang atau berlian yang kita miliki hanya karena orang lain turut mengakui nilainya. Padahal itu semua tidak dapat memberi manfaat apa-apa. Jika setiap orang menyadari masing-masing bertangung jawab apa yang diusahaknnya selaku seorang hamba tentunya mengerti apa tujuan hidupnya. Pada intinya batu tidak punya nilai apa-apa selain daripada orang tahu nilainya begitu juga kehidupan ini bukanlah sekedar menjemput maut." Jelas Abu.

"Owe... owe kalau pakai cara-cara Abu dagangan oe bisa-bisa gak laku... cukup-cukup" Jelas Kong tambah pusing.

...Hmmm tahunya cuma berlian yang paling mahal. Gak tahu harta yang masih tersimpan.

kenalilah aku


[6 AL AN'AAM 70-72] Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al Qur'an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan pun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami". Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam,
Dan agar mendirikan sembahyang serta bertakwa kepada-Nya." Dan Dialah Tuhan Yang kepada-Nya-lah kamu akan dihimpunkan.

[5 AL MAA-IDAH 35-36] Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.


Read more "Apa yang paling mahal?..."

Rabu, 10 Februari 2010

KATALOGISASI

A. Arti Katalogisasi
Perpustakaan sebagai suatu sistem informasi berfungsi menyimpan pengetahuan dalam berbagai bentuk serta pengaturannya sedemikian rupa, sehingga informasi yang diperlukan dapat diketemukan kembali dengan cepat dan tepat. Untuk itu informasi yang ada diperpustakaan perlu diproses dengan system katalogisasi (cataloging).
Proses katalogisasi merupakan pembuatan identitas atau data bibliografi bahan pustaka dengan tujuan mempermudah pengguna jasa perpustakaan untuk temu kembali informasi bahan pustaka. Data bibliografi tersebut biasanya terdiri dari, pengarang, pengarang tambahan, judul, anak judul, judul seragam, penerbit, tempat terbit, edisi, tahun terbit,bibliografi, jumlah halam dll.

B. Tujuan dan Fungsi Katalog
Tujuan katalogisasi menurut Carles Ammi Cutter (dalam Qalyubi, 2007) bahwa tujuan catalog perpustakaan adalah :
1.Memberikan kemungkinan seseorang menemukan sebuah buku yanh diketahui berdasarkan pengarang, judul buku dan subyeknya.
2.Menunjukan buku yang dimilki perpustakaan dari pegarang tertentu, berdasarkan subyek tertentu, dan dalam literatur tertentu.
3.Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya.
Adapun fungsi dari pembuatan katalog adalah untuk mempermudah pencarian buku dalam perpustakaan berdasarkan pengarang, judul dan subyek.

C. Cara Membuat Katalog
Sistem katalogisasi yang dikembangkan mengalami berbagai tahapan penyeragaman peraturan katalogisasi. perkembangan terakhir yang sampai sekarang masing digunakan untuk pedoman katalogisasi secara internasional adalah : Anglo American Cataloguing Ruler 2 : Revised ( 1988 )/ AACR2R.
Sedangkan perpustakaan mempunyai bentuk fisik katalog yang bermacam-macam:
1.Katalog Kartu (Card Catalog) ukuran 7,5cm x 12,5 cm
2.Katalog Berkas (Sheaf Catalog) ukuran 10 cm x 20 cm
3.Katalog Cetak atau Katalog Buku (Printed Catalog)
4.Katalog OPAC (Online Public Access Catalog).
Sedangkan untuk jenis katalog perpustakaan ada beberapa jenis :
1.Katalog Shelflist
2.Katalog Pengarang
3.Katalog Judul ; dan
4.Katalog Subyek.

D. Cara Menyusun Katalog
Cara menyusun katalog ada 2 macam yaitu :
a)Bagi kelompok kartu katalog yang pengarang, kartu katalog judul, dan kartu katalog subyek, masing-masing di susun menurut urutan secara alfabetis dari pada huruf-huruf nama pengarang, judul dan subyek.
b)Bagi kelompok katalog shelflist, disusun menurut urutan nomor penempatan yang tercantum pada sudut kiri atas, sepertihalnya menyusun buku pada rak buku menurut urutan nomor penempatan yang tercantum pada label yang di tempelkan pada punggung buku.

E. Labelisasi
Salah satu dari bentuk pengeloaan perpustakaan adalah adanya label atau cap pada setip bahan pustaka. Dalam pemberian cap atau label pada bahan pustaka terdapat dua hal yang perlu di perhatikan yaitu :
1.Label atau cap pada inventaris, yaitu cap atau stempel yang terdiri atas kolom -kolom isisan nomor inventaris dan tanggal pada waktu buku di daftar di dalam buku inventaris. Bentuknya terserah pada selera masing-masing perpustakaan yang memiliki.
2.Label atau cap perpustakaan, yaitu cap atau stempel yang terddiri dari nama perpustakaan yang bersangkutan dan bentuknyapun terserah kepada selera perpustakaan yang memiliki.

BAB III
PENYUSUNAN DAN PEMELIHARAAN BUKU

A.Penyusunan Buku
Dalam menyusun buku terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1.Buku-buku di susun menurut urutan nomor klas mulai dari yang terkecil sampai pada yang terbesar.
2.Kemudian susunan dilanjutankan dengan susunan menurut urutan secara alfabetis 3 huruf kependekan nama utama / keluargapengarangsatu persatu, mulai huruf ke 1, 2 ,dan ke 3, dilanjutkan dengan urutan secara alfabetis pula satu huruf pertama dari judul.
3.Selanjutnya diteruskan dengan urutan nomor maupun huruf lain yang kiranya masih trcantum dalam label nomor penempatan.

B.Pemeliharaan Buku
Bahan pustaka adalah unsur penting dalam sistem perpustakaan, dimana bahan pustaka harus dilestarikan karena memiliki nilai informasi yang mahal. Bahan pustaka berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah), dan bahan audio visual seperti audio kaset, video, slide, CD-Rom dan sebagainya.
Pemeliharaan bahan pustaka tidak hanya secra fisik saja, namun juga meliputi isinya yang berbentuk informasi yang terkandung di dalamnya.
Pemliharaan merupakan kegiatan mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan, awet, dan bisa dipakai lebih lama serta bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan.
Pemeliharaan Bahan Pustaka pada dasarnya ada 2 (dua) cara :
1.Pemeliharaan kondisi lingkungan bahan pustaka, yang meliputi :
a)mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh cahaya.
b)mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh suhu udara dan kelembaban udara
c)mencegah kerusakan dari faktor kimia, partikel debu, dan logam dari udara
d)mencegah kerusakan dari faktor biota dan jamur
e)mencegah kerusakan dari faktor air
f)mencegah kerusakan dari faktor kebakaran
g)melakukan fumigasi ; tindakan pengasapan yang bertujuan mencegah,
2.Pemeliharan kondisi fisik bahan pustaka meliputi :
a)menambal dan menyambung
b)menambal dengan bubur kertas
c)menambal dengan potongan kertas
d)menambal dengan kertas tisu
e)menyambung dengan kertas tisu
f)laminasi dengan tangan
g)laminasi dengan mesin pres panas
h)laminasi dengan filmoplast
i)enkapsulasi (memberikan bahan pelindung dengan film plastik polyester )
j)penjilidan dan perbaikan

Dalam pemeliharaan bahan pustaka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai terkait dengan kegiatan pemeliharaan bahan pustaka di perpustakaan :
1)menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap bahan pustaka atau dokumen
2)menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau dokumen
3)mengatasi kendala kekurangan ruang (space)
4)mempercepat proses temu balik atau penelusuran dan perolehan informasi
5)menjaga keindahan dan kerapian bahan pustaka

Kegiatan Pemeliharaan bahan pustaka memiliki beberapa fungsi antara lain :
1)Fungsi perlindungan : upaya melindungi bahan pustaka dari beberapa faktor yang mengakibatkan kerusakan
2)Fungsi pengawetan : upaya pengawetan terhadap bahan pustaka agar tidak cepat rusak dan dapat dimanfaatkan lebih lama lagi.
3)Fungsi kesehatan : upaya menjaga bahan pustaka tetap dalam kondisi bersih sehingga tidak berbau pengap dan tidak mengganggu kesehatan pembaca maupun pustakawan.
4)Fungsi pendidikan : upaya memberikan pendidikan kepada pembaca, bagaimana memanfaatkan bahan pustaka yang baik dan benar
5)Fungsi kesabaran : upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan kesabaran dan ketelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Moedzakir, Pemeliharaan Buku dan Menjilid, Yogyakarta : Pusdiklat Perpustakaan IKIP, 1980.
Basuki, Sulistyo, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Razak, Mohammadin, Pelestarian bahan pustaka dan arsip, Jakarta : Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.
Martoatmodjo, Karmidi : Pelestarian Bahan Pustaka, Jakarta : Universitas Terbuka, 1993.

Read more "KATALOGISASI..."

PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya Kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu :
1. Periode Pertama.
Periode pertama, berlangsung sekitar tahun 711 – 755 M. Periode ini, menghantarkan Andalusia menjadi sebuah provinsi yang tunduk kepada pemerintahan pusat di Damaskus. Pada tahap ini, stabilitas sosial politik dan ekonomi Andalusia belum sempurna, namun relatif aman dan tetap berkembang. Gangguan dan ancaman terhadap proses pembangunan negeri, masih datang silih berganti, baik datang dari luar maupun dari dalam. Pada tahap ini pula, peradaban dan kebudayaan Islam belum mencapai puncaknya, kecuali setelah datangnya Abdurrahman Al-Dakhil pada tahun 138 H / 755 M.

2. Periode Kedua.
Periode kedua, berlangsung sekitar tahun 755 – 912 M. Andalusia pada periode ini dipimpin oleh seorang wali (gubernur) yang menyatakan diri tidak tunduk kepada pemerintahan pusat yang berada di Baghdad. Orang pertama yang memimpin Andalusia yang berdaulat dan berdiri sendiri adalah Abdurrahman Al-Dakhil.
Pada masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-Dakhil segera membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di Spanyol. Hikam I berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-undangan, Hakam I dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat dikenal sebagai ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa ini, sudah mulai semarak berkembang dan menuju kepada kemajuan.
3. Periode Ketiga.
Pada periode ini, umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun sosial budaya. Peride ini berlangsung sekitar tahun 912 – 1013 M. yang diawali dengan kepemimpinan Abdurrahman III dan diakhiri dengan munculnya kerajaan-kerajaan kecil, yang disebut Muluku Al-Thawaif.
Peradaban Islam di Eropa semakin tampak bersinar, sebab periode ini, banyak mengandung kemajuan yang cukup berarti. Abdurrahman III segera mendirikan pusat berkembangnya ilmu pengetahuan, yakni Universitas Cordova. Perpustakaan yang terdapat di Universitas itu, memiliki ribuan buku yang memuat berbagai ilmu pengetahuan. Apalagi setelah Hakam II memimpin Andalusia, umat Islam semakin merasakan betapa pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, yang pada saatnya menghantarkan dan membentuk suatu peradaban Islam yang sempurna dan berkualitas tinggi.
4. Periode Keempat.
Peride keempat, berlangsung sekitar tahun 1013 – 1086 M. pada tahap ini Andalusia sebagai suatu kerajaan yang berdaulat yang utuh mengalami disintegrasi. Kota-kota besar di wilayah Andalusia, merasa kuat dan mampu mendirikan kerajaan sendiri. Periode ini merupakan awal kehancuran umat Islam di Andalusia, sebab mereka saling bertengkar dan berperang sesama Muslim untuk merebutkan wilayah kekuasaan.
Pertikaian intern itu, tentu saja terbaca oleh kaum Nasrani sebagai kelemahan bagi umat Islam. Mereka berusaha menyusun kekuatan untuk segera dapat menghancurkan umat Islam. Namun demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas intelektual pada masa ini masih tetap berjalan, meskipun tidak sehebat masa-masa sebelumnya.
5. Periode Kelima.
Periode kelima, berlangsung sekitar tahun 1086 – 1248 M. yang dipimpin oleh dua dinasti yang menonjol ketika itu, yaitu dinasti Murabithun (1086 – 1143 M) dan dinasti Muwahidun (1146 – 1253 M). Kedua dinasti ini sebenarnya berasal dari Afrika Utara, yang datang ke Andalusia atas undangan raja-raja Islam untuk membantu melawan serangan kaum Katolik Barat. Untuk beberapa dekade, serangan dan pertahanan kedua dinast itu cukup kuat, sehingga Islam masih tetap berkibar untuk sementara di tanah Spanyol. Namun akhirnya, kaum Katolik dengan pasukannya yang besar dan kuat dapat menghancurkan mereka, yang memaksa kedua pemimpin dinasti itu pindah kembali ke Afrika.
Kaum Katolik sejak tahun 1212 mengalami kemenangan yang luar biasa, sehingga kota-kota besar Islam satu-persatu jatuh ke tangan mereka. Kota Cordova jatuh ke tangan penguasa Katolik pada tahun 1238 M. sepuluh tahun kemudian menyusul kota Seville jatuh pada tahun 1248 M. Bahkan seluruh wilayah Andalusia jatuh ke tangan Katolik, kecuali Granada yang masih dikuasai Bani Ahmar.
6. Periode Keenam.
Periode keenam, berlangsung sekitar tahun 1248 – 1492 M.yang sebenarnya merupakan akhir dari kekuasaan Islam di tanah Spanyol. Namun demikian di bawah kekuasaan Bani Ahmar (1252 – 1492 M) peradaban Islam mulai mengalami kemajuan yang cukup berarti. Namun kejayaan Islam itu tidak bertahan lama akibat konflik intern yang terjadi di kalangan istana.
Pangeran Abu Abdullah Muhammad tidak setuju atas keputusan ayahnya yang mengangkat adiknya sebagai putera mahkota. Dia melakukan perlawanan dengan meminta bantuan pasukan Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kekuasaan sang ayah, akhirnya ayahnya terbunuh dan adiknya naik tahta menjadi raja. Perlawanan terus dilakukan, dan adiknya pun terbunuh juga. Akhirnya ia pun naik tahta, namun segera dirongrong oleh penguasa Kristen yang pernah membantunya. Tak lama menduduki kerajaan, akhirnya Abu Abdullah Muhammad digulingkan oleh kedua penguasa Kristen, Ferdinand dan Isabella, pada tahun 1492 M. Maka sejak itulah, seakan lenyap dari bumi Andalusia.
B. KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA.
1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Ketika Islam berjaya di Andalusia, ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Ketika Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan agama peradaban, bangsa Yunani sedang tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang kejam, sedang dunia Islam mulai menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh penguasa Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr Muhamad Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu Thufael (wafat 1185) yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Hay bin Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) yang dikenal dengan sebutan Averous, karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.
2. Bidang Geografi dan Sains.
Ilmuwan di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair, seorang pengarang buku berjudul “Perlawatan ke negeri-negeri Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu Ubaid Al-Bakry.
Di bidang sains muncullah nama-nama yang ahli di bidang kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia, dan lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi, Khalaf Al-Zahrawi, sebagai ahli di bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim al-Zanrawi seorang dokter bedah yang mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid, Ibnu Khatimah ahli penyakit Malaria, Abbas Ibnu Farnas ahli Kimia dan Astronomi, ia adalah seorang ilmuwan pertama yang menemukan cara membuat kaca dari batu.
3. Bidang Sejarah dan Sosiologi.
Ilmu sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan bukunya Mukaddimah.
4. Bidang Agama dan Hukum Islam.
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
5. Bidang Musik dan Kesenian.
Tokoh yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah Al-hasan bin Nafi’ yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang terkenal di zamannya.
6. Bidang Bahasa dan Sastra.
Di bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi bagi pemerintahan Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan muslim di negeri itu termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal pada masa itu adalah Ibn Malik pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn Al-Haj, dan sebagainya, sedangkan tokoh sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.
7. Bidang Pembangunan Fisik.
Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.
C. RUNTUHNYA KERAJAAN ANDALUSIA.
1. Lemahnya Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya Kerajaan-Kerajaan Kecil di Andalusia.
Menurut data sejarah, pada saat itu kerajaan Islam di Spanyol terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil. Sepeninggal dinasti Umayyah, kerajaan di Spanyol menjadi 20 wilayah kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu antara lain bani Ibad di Seville, bani Hamud di Malaga, bani Zirry di Granada, bani Hud di Saragosa, dan yang terkenal adalah bani Dzin Nun yang menguasai kota Toledo, Valensia, dan Marusa.
Raja-raja kecil ini sering berebut kekuasaan, yang satu menghantam yang lain, sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, sedangkan pada saat yang sama, raja-raja Eropa bersatu. Raja Al-Fonso VI dan Leon mengadakan kerjasama dengan Australia, Castilia dan raja-raja lainnya. Mereka bersatu menghimpun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Islam di Spanyol. Kekuatan baru inilah yang dapat menaklukkan kota Granada pada tahun 898 H / 1492 M.
Dengan jatuhnya kota Granada, berakhirlah kekuasaan Islam Arab pada masa itu di Andalusia, setelah mereka menguasai negeri itu selama delapan abad.
2. Timbulnya Semangat Orang-Orang Eropa Untuk Menguasai Kembali Andalusia.
Kekuatan Islam berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan selama itu pula orang-orang Eropa mulai menyusun kekuatannya untuk menghancurkan Islam. Pada saat kekuasaan Islam mulai melemah, mereka segera menyusun kekuatan baru yang luar biasa. Serangan demi seranganpun dilancarkan terhadap kekuasaan Islam, tetapi pada mulanya masih dapat digagalkan.
Pada masa pemerintahan Bani Ahmar (1232- 1492), khususnya pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Nasir, kekuatan umat Islam dapat dipulihkan kembali. Akan tetapi menjelang akhir hayatnya, ia mewariskan kekuasaan itu kepada adik kandungnya. Akibatnya Abu Abdullah Muhammad sebagai anaknya merasa kecewa, dan menuntut balas terhadap ayahnya. Dia mengadakan pemberontakan yang menewaskan sang ayah, tetapi kursi kerajaan tetap pada pamannya. Abu Abdullah kembali menyusun rencana pemberontakan dengan meminta bantuan penguasa Kristen Ferdinand dan Isabella. Permintaan itu dikabulkan dan pamannya tewas terbunuh. Setelah itu, segudang hadiah yang terdiri dari emas berlian, diserahkan kepada Ferdinand dan Isabella.
Tetapi para penguasa Kristen itu, tidak merasa puas dengan hadiah. Bahkan mereka ingin merebut kekuasaan Abu Abdullah dan mengenyahkan kekuasaan Islam dari tanah Spanyol. Rencana penyerangan pun disusun, dan pada saat pasukan Abu Abdullah dikepung selama beberapa hari, akhirnya Abu Abdullah menyerah tanpa syarat dan bersedia hengkang dari bumi Spanyol pada tahun 1492 M. Dengan demikian, tamatlah sudah riwayat perjuangan umat Islam di Andalusia. Pada saat yang bersamaan, penguasa Eropa Kristen dengan leluasa menancapkan kakinya di bumi Andalusia setelah selama delapan abad berada di tangan kaum Muslimin.
D. HANCURNYA PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA.
1. Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali Budaya Islam.
Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak negatif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan. Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang bertubi-tubi dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak pusat-pusat peradaban di hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang tewas di bunuh tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu, amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari menyelamatkan diri ke Afrika Utara.
Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak psikologis bagi para ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk bangkit kembali dan memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh dari sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan dan keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit kembali membangun peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
Begitu besarnya perhatian para penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap ilmu pengetahuan maka mereka saling bekerja sama untuk memajukan bangsa dan negara. Banyak penelitian dan pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga riset dibangun, Sekolah Tinggi dan Universitas didirikan. Di lembaga ini tidak hanya orang Islam yang diberi kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi semua orang termasuk orang Kristen. Akibatnya banyak orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belaaajar di Universitas-Universitas Islam itu.
Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam, banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti. Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam ( 965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu, kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.
BAB III
PENUTUP
K E S I M P U L A N
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Tapi pada abad ke – 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada pertengahan abad ke – 12 M, tibalah saatnya masa keruntuhan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Aslad, H. Mahrus dan Drs. A. Wahid Sy. Bandung. Armico. 2001.
Yatim, Badri, 2002 Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta. P.T Raja Grafindo Persada. Cetakan ke 3 September 2002.


Read more "PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA..."
 

Free Blog Templates

Powered By Blogger

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Grey Floral ©  Copyright by PARA MUJAHID | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks